Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hereditas Pada Manusia, Biologi Kelas XII


Hereditas Pada Manusia, Biologi Kelas XII

Info.nikekuko.com - Pernah mendengar jika ada anak yang golongan darahnya berbeda dari orang tuanya kan? Misalnya nih, si anak punya golongan darah O, padahal golongan darah kedua orang tuanya A. Menurut kamu, dia itu anak kandung orang tuanya atau bukan ya?

Cara Menentukan Golongan Darah
Jangan berpikiran negatif dulu. Sebetulnya, pasangan ayah dan ibu yang memiliki golongan darah sama-sama A, bisa mempunyai anak dengan golongan darah O. Kenapa bisa begitu? Yuk kita bahas lebih lanjut.

Sistem Golongan Darah ABO

 

Pada hereditas pada manusia, ada beberapa cara menentukan golongan darah. Sistem pertama yang biasa digunakan adalah sistem ABO. Sesuai dengan sistem ABO, golongan darah manusia dikontrol oleh 3 macam alel, yaitu alel IA, IB, dan IO.

Alel IA dan alel IB memiliki sifat dominan, sementara alel IO sifatnya resesif. Nah, karena sifat alel A dan B dominan, sementara O resesif, kombinasi golongan darah manusia jadi ada 4 macam, yaitu A, B, AB, dan O.
 

Pada orang yang memiliki golongan darah A memungkinkan menghasilkan dua genotip, yaitu homozigot IA IA atau heterozigot IA IO. Karena IO resesif, orang yang memiliki genotip IA IO akan memiliki golongan darah A.

Orang dengan golongan darah B juga bisa memiliki dua kemungkinan genotip, yaitu homozigot IB IB atau heterozigot IB IO. Jika golongan darah kamu AB, berarti kamu memiliki genotip IA IB. Golongan darah O harus memiliki genotip homozigot IO IO supaya fenotipnya O.

Misalnya pada contoh Sistem ABO


Misalnya sistem ABO dalam menentukan golongan darah misalnya seperti ini, seorang ayah memiliki golongan darah heterozigot A, IA IO, sementara seorang ibu memiliki golongan darah yang juga heterozigot A, IA IO, maka anak mereka bisa memiliki dua kemungkinan golongan darah.

Jika pada sang anak mewarisi IA dari ayahnya dan IA dari ibunya, ia akan memiliki genotip yang homozigot. Sehingga sang anak pasti akan memiliki golongan darah A. Sementara itu kalau sang anak mewarisi IA dan IO dari orang tuanya, genotipnya akan jadi heterozigot, tapi anak ini akan tetap memiliki golongan darah A.

Jika sang anak mewarisi IO IO, baik dari ayah atau ibunya, sang anak akan memiliki golongan darah O. Lalu, dari orangtua yang memiliki golongan darah A heterozigot, bisa memiliki anak dengan perbandingan genotip 3 golongan darah dan 1 golongan darah O.
 

Oleh karena itu, kalau ada anak yang memiliki golongan darah O, padahal orang tuanya memiliki golongan darah A seperti yang dibahas di awal artikel ini, bukan berarti anak tersebut anak tiri atau bukan anak kandung orang tuanya. Melainkan karena anak tersebut mewarisi IO IO dari kedua orang tuanya.

Protein Pembeda Sistem ABO

Dalam sistem ABO memiliki protein pembeda. Letak protein pembeda ini ada di membran sel darah merah atau eritrosit yang disebut antigen. Golongan darah A eritrositnya memiliki protein yang bernama antigen A. Golongan darah B memiliki antigen B. Golongan darah AB memiliki dua jenis antigen, ada A dan B. Sementara golongan darah O enggak punya antigen sama sekali.

Sehingga, penggolongan darah sistem ABO ini berdasarkan ada atau enggaknya antigen tadi. Pada Antigen ini memiliki kaitan dengan sistem imunitas seseorang. Sistem ini nggak ada hubungannya dengan sifat seseorang yang membahas karakter manusia berdasarkan golongan darahnya. 

Dari pada itu kepribadian manusia itu kompleks, sifat manusia juga dipengaruhi kombinasi antara faktor gen, juga neurotransmitter otaknya yang mengatur emosi, level hormon, dan juga pengaruh lingkungan.
 

Dapat di lihat dari buku-buku tentang karakter manusia berdasarkan golongan darah, kamu jangan langsung percaya Pahamifren.

Transfusi Darah

Mengapa kita tidak bisa seenaknya mendonorkan darah ke orang lain? Jawabannya karena adanya antigen. Antigen ini mejadi salah satu faktor penting dalam hereditas pada manusia.

Sebab, saat mendonorkan darah, golongan darah pendonor dan penerima donor harus sama. Lalu, kalau kamu mau donorkan darah A, ya harus ke orang yang golongan darahnya A.

Jika darah A didonorkan ke orang dengan golongan darah B, tubuh orang yang bergolongan darah B tersebut akan mendeteksi kalau ada antigen A dari golongan darah A. Darah B akan memproduksi antibodi A atau anti-A untuk menghancurkan sel darah A. Jika begini, transfusinya akan sia-sia.

Akan tetapi,  hereditas pada manusia membuat golongan darah cukup unik. Contohnya khusus untuk golongan darah AB. AB kan memiliki eritrosit yang mengandung antigen A dan antigen B, jadi orang yang memiliki golongan darah AB ini bisa menerima golongan darah apa saja.

Dia bisa menerima golongan darah apa saja karena tubuhnya nggak bakal memproduksi antibodi untuk menghancurkan darah lain. Makanya, golongan darah AB ini disebut sebagai resipien universal.


Berbeda sama orang dengan golongan darah O. Orang dengan golongan darah O malah disebut pendonor universal karena eritrositnya nggak punya antigen. Jadi kalau orang dengan golongan darah O mendonorkan darahnya ke orang dengan golongan darah A, B, atau AB, darahnya bisa diterima dan nggak bakal menimbulkan reaksi pembentukan antibodi bagi si penerima.

Sistem Rhesus


Di tahun 1939 ada kasus spesial. Ada pembekuan darah saat transfusi, padahal prosedurnya sudah sesuai aturan dari sistem ABO. Darah yang didonorkan malah membeku alias mengalami penggumpalan dan nggak diterima oleh tubuh pasien.

Terus di tahun 1940, seorang ahli fisiologi Austria bernama Karl Landsteiner dan Weiner Phillip menemukan kalau sistem penggolongan darah ini nggak bisa berdasar dari sistem ABO saja. Mereka menemukan sistem golongan darah bernama sistem rhesus atau Rh.

Sistem Rhesus ini adalah pembagian golongan darah berdasarkan faktor rhesus, alias antigen lain yang ada di eritrosit. Orang yang punya faktor rhesus ini digolongkan ke kelompok orang dengan rhesus positif.

Rhesus positif ini memiliki sifat dominan alias memiliki genotip R dan h. Sementara orang yang nggak punya faktor rhesus, digolongkan ke kelompok orang dengan rhesus negatif. Rhesus negatif ini memiliki sifat resesif dengan genotip r dan h.

Orang dengan rhesus positif hanya bisa menerima darah yang sama dari pendonor rhesus positif juga. Demikian sebaliknya dengan orang dengan rhesus negatif, hanya bisa menerima darah dari pendonor rhesus negatif juga. Kalau rhesusnya beda, akan terjadi pembekuan darah karena antigennya bakal melawan darah yang bukan jenisnya.

Rhesus dan Kehamilan


Adanya penemuan perbedaan rhesus tadi bukan hanya memecahkan kasus pembekuan darah pada transfusi darah lho, penemuan ini bahkan memecahkan kasus berkurangnya sel-sel darah pada janin atau yang sering disebut sebagai hemolitik janin. Dalam kasus ini, janin yang memiliki rhesus berbeda dengan ibunya, bisa mengalami kematian.

Bayi bisa memiliki rhesus yang berbeda dari ibunya kalau sang ibu memiliki rhesus negatif dan ayahnya memiliki rhesus positif. Karena rhesus positif dari sang ayah ini dominan, sang anak pasti rhesusnya positif juga.

 

Adanya dua rhesus yang berbeda antara sang ibu dan janin, membuat tubuh sang ibu menghasilkan reaksi alergi pada keberadaan janin dalam rahimnya. Kalau sudah begini, tubuh sang ibu akan memproduksi antibodi yang akan menyerang sel darah merah janin. Akibatnya, janin akan kekurangan sel darah merah atau anemia dan berakhir pada kematian janin dalam kandungan sang ibu.

Sistem MN


Setelah ditemukannya antigen A dan B pada golongan darah A, B, O, dan faktor rhesus pada rhesus positif-negatif, ternyata ada antigen lain lagi di membran eritrosit. Antigen ini bernama antigen M dan N yang dikenal dengan sistem golongan darah M, N dan MN. Kalau di sistem ABO alelnya menggunakan lambang I, pada sistem MN ini digunakan lambang L.

Jadi, jika eritrositnya memiliki alel LM, golongan darahnya M. Kalau eritrositnya memiliki alel LN, golongan darahnya N. Nah, kalau eritrositnya memiliki alel LM dan LN, golongan darahnya MN.

Uniknya, melalaui cara menentukan golongan darah pada sistem MN ini, plasma darah nggak akan memproduksi antibodi. Jadi, walaupun punya golongan darah yang berbeda, transfusi bisa tetap dilakukan. Tapi, tetep sebelum transfusi harus memperhatikan dua sistem lainnya, yaitu sistem ABO dan sistem rhesus.

Sistem MN ini biasanya digunakan untuk menentukan keturunan seseorang. Misalnya, ada dua bayi yang tertukar di rumah sakit dengan golongan darah dan rhesus yang sama, maka cara untuk mengetahui siapa orang tua masing-masing bayi tersebut adalah dengan menggunakan sistem MN.

Post a Comment for "Hereditas Pada Manusia, Biologi Kelas XII "